Jumat, 04 Juli 2014

LIRIK LAGU 
JKT48 - GINGHAM CHECK


Walaupun aku sangat menyukai dirimu
Ku selalu menyembunyikannya
Kau yang berjalan mendorong sepeda
Tertawa lepas dengan polosmu

Sampai ketempat kerja
Dijalan tepi pantai
Sang matahari menggoda

[ REFF ]
Ging~ham Che~ck
Pola dari cinta
Blue White Blue
Mana yang ku pilih
Apakah ku ungkapkan saja
Perasaan bimbang ini , Gingham Check...

Lautan pun berkilauan
Memantulkan cahaya
Perasaan ku yang bercampur ini
Sinarkan Bayangan

[ REFF ]
Ging~ham Che~ck
Baju lengan pendek
dan dirimu pakai
Tampak sangat keren
Rasa sayang dan kepedihan
Hati ini berpola kotak-kotak

Ging~ham Che~ck
Pola dari cinta
Blue White Blue
Mana yang ku pilih
Apakah ku ungkapkan saja
Perasaan bimbang ini , Gingham Check...
Biodata dan fakta
tentang
Devi Kinal Putri


Nama Lengkap : Devi Kinal Putri

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 2 Januari 1966

Zodiak : Capricorn

Golongan darah : A

Tinggi badan : 164 cm

Warna kesukaan : Merah Kuning Hijau

Hobi : membaca komik, melihat film, menguap,  menari

Twitter : @kinalJKT48 

Google Plus : Devi Kinal Putri


Fakta tentang Kinal :


  • Anak ke 3 dari 4 bersaudara.
  • Kinal tinggal di Bandung sejak kecil hingga sekarang dan menempuh pendidikan di salah satu SMA Negeri yang ada di kota Bandung.
  • Dia dikenal senang menari sejak kecil.
  • Kinal merupakan salah seorang member generasi pertama sekaligus kapten tim J dari grup idola JKT48, sister group dari grup idola asal Jepang, AKB48.
  • Kinal pandai nge-dance.
  • Sebelum bergabung dengan grup idola JKT48, Kinal merupakan anggota dari grup cover dance K-Pop, Secret Girls hingga tahun 2010, kemudian grup Queen A, sebuah group yang khusus membuat dance cover untuk grup idola asal Korea Selatan, Miss A, sebagai Wang Fei-Fei.
  • Kinal suka main game khususnya game perang.
  • Kinal juga suka baca komik dan nonton film animasi.
  • Kinal jarang telat sekolah karena jam dirumahnya dipercepat 40 menit.
  • Kinal adalah salah satu finalis gadis sampul tahun 2011.
  • Kalau lagi nulis, dia sering salah ketik dan ngga sadar kalau itu salah.
  • Kinal masuk SD saat berumur 5 tahun.
  • Kinal salah satu anggota yang tomboi di JKT48.
  • Panggilan untuk Kinal adalah Kiyeon.
  • Teman pertama Kinal waktu audisi adalah Baby karena sama-sama berasal dari Bandung.
  • Rambut kinal tidak pernah panjang.
  • Kinal ngga suka sama buah jeruk.
  • Pernah nyasar di Gelora Bung Karno waktu audisi.
  • Kalimat perkenalannya, "Hai, nama aku Kinal, aku suka menari. Let's dance, dance, dance!"
  • Kinal kalau tidur pasti lampunya dimatiin.
  • Kinal lebih memilih teh daripada kopi.
  • Oshimen di AKB48 adalah Atsuko Maeda.
  • Kalau liburan lebih suka jalan-jalan sendiri.
  • Tipe orang yang “1 judul harus selesai baca dalam 1 hari“.
  • Saudara kandungnya memiliki nama “Kinal” dinama mereka, tapi cuma dia yang dipanggil Kinal.
  • Kinal lebih suka dipanggil kinal daripada Devi karena dia dibesarkan di Bandung dan sebagian besar orang sunda dan cenderung mengucapkan V/F sebagai P. Sehingga menjadi Depi bukan Devi.



~~ Sekian dan terimakasih ;)









Senin, 23 Juni 2014



Penjaga Saudariku
Terinspirasi dari film ‘My Sister’s Keeper’
            Kadang, aku selalu berfikir. Apakah aku dilahirkan hanya untuk menjaga kakakku? Apakah aku dilahirkan hanya untuk sekian banyak penderitaan pendonoran? Namun, aku salah. Jalannya tuhan adalah sebuah skenario bagi kita. Skenario yang indah sekali. Skenario yang memang disutradarai oleh Tuhan yang Maha Esa.
            “Shinta, apa yang kamu pegang? Cepat bawa kemari? Shinta! Tak baik membuka buka barang yang bukan milik kamu.” Kak Salsa menatapku penuh kecemasan, Kak Salsa hanya menggigit bibirnya saja. Aku kemudian tertawa. Kak Salsa terlihat bingung. “Jangan bohong kak. Aku bukan orang yang seperti itu. Aku bukan yang dulu. Yang mudah saja kau bodohi.” Jawabku. “Baiklah, kamu terkena jebakanku lagi.” Kak Salsa berbicara dengan menyembunyikan sesuatu. Aku menatapnya dengan tatapan curiga. Aku melempar kertas itu kesembarang tempat.

Rumah Sakit Candra Kasih

Check kesehatan darah:

Atas nama : Salsa Fira

Jantung : - tekanan darah rendah : normal

        -tekanan darah tinggi : normal

        - pulse : normal            

1
         


 
 














Darah merah : kurang normal
Darah putih : sangat tidak normal

Keluhan : sering pusing

Penyakit : anemia akut dan LEUKIMIA stadium 1

Jaga kesehatanmu ;)

2

Aku hanya diam di kamar. Melihat dinding dinding langit. Aku berfikir, ‘apa benar?’ aku bertanya Tanya pada diriku sendiri. Ada sesuatu yang tak beres disini. “Shinta, makan yuk.” Mama mengetuk pintuku. “Baik Ma. Aku akan menyusul.” Ujarku. Aku segera merapikan bajuku sebentar. Lalu, menuju ruang makan. Setelah sampai aku duduk disamping Kak Salsa. “Ehm, Shinta. Apa golongan darahmu?” Tanya ayah. “AB Yah. Ada apa?” Tanyaku balik. Kak Salsa hanya diam dengan muka pucat. “Ehm, Mama kan O, sedangkan Ayahkan AB. Namun, ayahkan darah rendah. Jadi, Shinta maukah kamu mendonorkan darahmu?” Tanya Ayah. “Tapi, O ke AB kan bisa Yah?” Tanyaku lagi. “Sayangnya, mamamu juga darah rendah.” Ujar Ayah lagi. “Untuk apa?” Tanyaku. Kemudian aku memasukkan daging ke mulutku. “Kakakmu, butuh donor darah.” Kata Ayah. Dheg. Dheg. Jantungku berdebar semakin keras. “Donor darah? Kertas itu..” aku berkata sambil terbata bata. Kak Salsa hanya diam dan menunduk. “Leu.. ki.. mia?” aku terbata bata lagi. “Stadium satu.” Mama menambahi. Aku terdiam. Hening. Tak ada yang memulai percakapan selama makan malam. “Jadi?” Tanya Ayah. 1.. 2.. 3.. “Ya, Ayah. Aku mau.” Ujarku pasrah. Kak Salsa mentapku kaget dan senang. Aku hanya tersenyum mendengarnya. “Besok, kau siapkan?” Tanya ayah lagi. “Pasti.” Aku menjawab penuh kepastian. Aku segera melenggang pergi ke kamarku. Memainkan video games untuk melepas kepenatan dan tak sadar aku mulai tertidur. 
            “Story Of My Life” lagu itu mengalun dari HP ku. “Alarm, berisik banget sehh..” Aku mulai teriak teriak Gak jelas. Langsung saja aku matikan alarm HP ku, dan aku tertidur lagi. ‘Masa bodo, masih juga Jam 4.’ Aku kembali tidur dengan mimpi indah yang setia menemani.
           Pukul 5 aku mulai bersiap siap. Dengan cepat aku sholat shubuh dahulu kemudian mandi dan makan. Setelahnya, Aku segera bersiap-siap dan akan berangkat menuju rumah sakit. Sesampainya dirumah sakit Candra Kasih, Kak Salsa lebih dulu diperiksa. “Bu, keadaan Salsa sangat lemah. Darah nya sangat cepat digerogoti oleh darah putihnya sendiri. Tergantung keadaan Shintanya sendiri dapat mendonorkan darahnya sebanyak yang dibutuhkan atau tidak. Tolong, untuk Shinta kesehatannya harus dijaga.” Ujar Dokter itu panjang lebar. Aku terdiam. ‘Tergantung aku ya?’ Aku bertanya pada diriku sendiri. ‘Aku tak yakin.  Tapi, untuk Kak Salsa. Pasti aku bisa.’ Ujarku pada diri sendiri. Sebelumnya darahku diperiksa terlebih dahulu. “Ehm, maaf Pak. Namun, darah Shinta. Adalah darah rendah. Tekanan darah kebawahnya kurang dari rata rata, dan tekan darah tingginya pun juga kurang dari rata rata.” Dokter itu memberikan tekanan kata kata. Dheg. Sekali lagi. Aku tersenyum masam. Meminta donor darah dari orang lain adalah keselanjutannya.
            Entah sudah berapa hari semenjak hari itu. Kak Salsa terlihat lebih sehat, tidak pucat seberti dulu. Aku senang sekali. Walaupun, rawat inap harus tetap berjalan.
            Dan, donor darah tidak berhenti begitu saja. Donor darah dilakukan oleh orang orang yang menyumbangkan darahnya. Bahkan, Kak Salsa juga mencoba cuci darah sekali kali. Keadaanya sudah membaik. Namun, bukan pasti itu sudah sembuh. Itu bisa datang kapan saja.
            Aku tak mendonor darahku. Namun, ginjalku. Kak Salsa juga menderita penyakit ginjal ternyata. Hingga mngakibatkan ginjalnya tiak berfungsi dengan baik. Entah cobaan apa yang menerpa kembali lagi, leukemia itu mengganas kembali. Hingga stadium ke 3. Aku terus menyemangatinya. Pendonoran ginjalku ini, akan berlangsung beberapa hari kedepan. Untuk mengetahuiaku menyetujuinya atau tidak.
            Tidakkah kau merasa cemas terhadap dirimu sendiri? Apakah kau tidak akan menyesal? Banyak sekali kalimat yang memasuki pikiranku. Temanku, sahabatku, semuanya bilang begitu. “Kenapa kau yang mendonorkan ginjal, Shin? Kenapa tidak ayah ataupun ibumu?” Banyak pertanyaan seperti itu. Aku terdiam. Benar, kenapa? Mengapa? “Karena, aku menyayangi kakaku dan kedua orangtuaku. Aku rela mati untuk mereka.” Jawabku kalem kepada mereka yang bertanya. Aku mensetujui pendonoran ini.
            “Seharusnya, kau tidak usah mendonorkan ginjalmu untuk ku. Kau bodoh Shinta. Kenapa kau tidak melawan Ayah maupun Mama?” Tanya Kak Salsa. “Aku menyayangi mereka Kak. Juga dirimu. Aku tak ingin menjadi anak durhaka. Keadaan keluarga kita memang terbalik. Selalu aku yang dinomor duakan. Dan kau yang selalu menjadi nomor satu. Aku sudah bukan anak kecil lagi Kak. Ku dapat memahami betapa sakitnya ketidak adilan ini. Ku selalu ingin mencoba biola disana kak. Diruangan kerja mama. Aku tak selalu dibolehkan menyentuhnya.” Aku menyampaikan uneg unegku kepadanya.”Kenapa tidak melawan? Selagi kamu benar. Jika, aku sudah benar benar pergi. Apa yang kan kamu lakukan?’ Tanya Kak Salsa kepadaku. Dheg. “Aku mencintaimu Kak, aku menyayangimu. Selalu. Aku tidak berharap kakak hilang begitu saja. Aku tak akan membiarkan itu. Aku akan dibenci oleh Ayah dan mama. Karena aku dilahirkan hanya untuk membantu kesehatanmu. Mendonorkan semua yang aku punya. Bahkan bila transplantasi jantung bisa dilakukan selagi ada yang membutuhkan. Aku bersedia. Karena, aku memang dilahirkan untuk itu. Bukan itu bersenang senang, menikmati dunia, dan mendapatkan kasih sayang yang lebih.” Ujarku terisak. “Apa yang kau pikirkan, hingga membuatmu berbicara bahwa Ayah dan Mama akan membencimu nanti?” Tanya Kak Salsa. “Aku dilahirkan hanya untuk sekian banyak penderitaan ini Kak. Aku hanya dimanfaatkan sebagai penyambung umur kakak. Bagaimana jika, aku malah tidak menyambung usia kakak?” Tanyaku. “Kematian adalah sebuah Sad Ending dari drama hidup manusia. Kita hanya berdrama didunia ini. Jika, aku pergi nantinya. Naiklah ke atas. Aku akan ada disitu. Sebagai cahaya yang ada disana. Kau tak akan kesepian.” Ujar Kak Salsa. Kami berbaring dibawah pohon yang rindang. Terlihat juga, Kak Salsa yang memang sudah di kemotheraphy. Aku tersenyum menatapnya. “Kau tau tidak? Leukimia itu penyakitku sejak kecil. Leukemiaku dulunya sempat sampai separah ini. Sebelum kau dilahirkan. Namun, tiba tiba leukemia iu menghilang begitu saja.” Kak Salsa menjelaskan kepadaku dengan panjang. Aku menyimaknya. Kami segera kembali menuju rumah. Aku dan Kak Salsa segera menuju Rumah Sakit untuk pendonoran ginjal ini.        
            Dirumah Sakit Mama dan Ayah telah menunggu. Segeralah donor ginjal ini dilakukan. Aku telah disuntik oleh sesuatu. Entah apa itu. Dan akupun tertidur. Dengan mendengar suara samar samar dan dinginnya ruangan. Setelah pendonoran selesai. Ginjal Kak Salsa kembali sehat. Hanya saja leukimianya yang semakin menjadi jadi hingga stadium akhir.
            Malam itu, Kak Salsa menuntut mama atas apa yang telah terjadi kepadaku. “Ma, tidakkah mama sadar apa yang telah mama perbuat kepada Shinta Ma? Menjadikannya hanya sebagai penyambung usiaku?” Tanay Kak Salsa kepada mama. Aku mendengarnya dengan samar samar. “Itu semua demi kamu, Salsa.” Ujar mama. “Namun, mama melakukan tindakan itu dan melakukan kasih sayang yang berbeda pula.” Bantah Kak Salsa lagi. Mama segera meninggalkan kamar Kak Salsa. Sepertinya, mama terisak. “Kak, seluruh keluarga besar telah datang” Ujarku. “Baiklah. Sekalian ambilkan buku pop-up kakak ya di tas sana.” Ujar Kak Salsa dengan menunjuk lemari yang ada di sebelah kamar mandi. Aku segera mengambilnya. Dan memberikannya kepada Kak Salsa. Seluruh keluarga besar memasuki kamar Kak Salsa dan membagikan pizza buatan Bibi Anna. Kami menikmati pizza itu bersama sama. Setelah jam kunjungan telah selesai. Hanya ada aku, ayah, dan Mama dikamar Kak Salsa. Kak Salsa memberikan Buku pop-up itu kepada mama.  “Mama marah?” Tanya Kak Salsa. “Tidak. Mama hanya kesal saja.” Balas mama. “Memang kamu yang benar. Selama ini mama salah. Dan, apa ini?” Tanya mama saat membuka buku pop-up itu. “Ini buku 3 dimensi Ma. Dan semua ini kita. Saat aku kecil hingga sekarang. Aku senang bisa mengenal, menyayangi, dicintai, mencintai, dan dilahirkan oleh mama. Aku minta maaf atas semua kesalahanku.” Ujar Kak Salsa. “Mama sudah memaafkan dari dulu.” Ujar mama dengan bergetar. Matanya mulai meneteskan air mata. Dan suaranya parau. “Ayah, maafkan aku ya. Atas semua kesalahanku.” Aku kemudian memeluk ayah. “Shinta, aku berhutang banyak kebaikan kepadamu. Aku minta maaf atas semua kesalahanku.” Ujar Kak Salsa kepadaku. “Aku selalu memaafkan kakak.” Ujarku. Kak Salsa tersenyum. Aku memeluk Kak Salsa. Dan Mama memeluk kami begitu juga dengan ayah. Dan, kamipun tertidur dengan posisi berpelukan. Dengan, kesokan harinya. Ditemukan Kak Salsa sudah tidak bernafas lagi. Kami menangis tersedu sedu. Pemakaman akan diadakan setelah ini. Kami membaca Yaasin bersama. Dan banyak sekali doaku kepadanya. Setiap hari aku menuju bawah pohon rindang ataupun atas. Untuk menikmati setiap detik hidupku yang mulai menghilang salah satu kepingannya. Benar, aku seperti merasa tidak kesepian. Aku selalu berbicara sendiri disana. Namun, aku tetap bisa merasakan kehadirannya didalam hatiku. Dan semoga dia tenang disana..
            Liburan kali ini, kami pergi ke salah satu pegunungan yang sangat disukai oleh Kak Salsa. Disana aku dapat menyimpulkan bahwa, aku tidak sendiri. Kak Salsa benar. Mama dan ayah pasti tidak membenciku. Dan, hidupku sekarang bukan hanya untuk penyambung umur kakakku. Namun, aku hidup layaknya manusia biasa. Tanpa kehadiran dia, memang tidak menyenangkan. Namun, setidaknya aku mendapatkan kesempatan. Aku, Shinta gadis berginjal 1 dengan darah rendah akan selalu tulus menyayangi kakakku, dan mendoakannya.
            Mama menatapku dengan senyumannya dan memberikan secangkir teh kepadaku. Aku kembali menatapnya dengan senyumanku. Hidupku bukan lagi sebagai penyambung umur kakakku, walaupun berginjal 1 dan berdarah rendah dan semua itu karena tuntutan orang tuaku. Aku tidak membenci mereka. Aku menyayangi mereka. Dan aku bisa memegang biola impianku.


 - The End -